BRIN: 2 faktor penyebab cuaca ekstrim semakin sering terjadi di Indonesia

– Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyebutkan ada dua faktor yang menyebabkan kejadian cuaca ekstrim semakin sering terjadi di Indonesia akhir-akhir ini.

Yakni, Peneliti Madya Pusat Penelitian Iklim dan Atmosfer BRIN, Didi Satiadi, mengungkap dua faktor yang menyebabkan kejadian cuaca ekstrem semakin sering terjadi di Indonesia.

BRIN: 2 faktor penyebab cuaca ekstrim semakin sering terjadi di Indonesia

BRIN-2-faktor-penyebab-cuaca-ekstrim-semakin-sering-terjadi-di-Indonesia

Dua faktor berikut membuat cuaca ekstrem lebih sering terjadi di Indonesia:
Sisa waktu -9:47
Unibots.in

Baca juga:
Potensi cuaca ekstrim dan gelombang tinggi, BMKG meminta masyarakat melakukan 7 persiapan ini

1. Fenomena alam

Menurut peneliti BRIN, faktor yang pertama karena fenomena alam, yang kedua karena ulah manusia.

“Jadi cuaca ekstrim itu sebenarnya hal yang wajar. 5 persen insiden tergolong ekstrim, tidak bisa dihindari. Jadi cuaca ekstrim alami terjadi dan kita harus beradaptasi,” ujarnya dalam diskusi BRIN virtual bertajuk Waspadai Cuaca Ekstrim, Rabu (28/12/2022).

Baca juga:
BMKG: Cuaca ekstrem yang melanda Jabodetabek hari ini bukanlah badai

2. Tindakan manusia

Selain faktor alam, Didi mengatakan penyebab cuaca ekstrem semakin meningkat akibat ulah manusia. Faktor utamanya adalah pemanasan global, dimana pembakaran bahan bakar fosil yang berlebihan menyebabkan perubahan iklim.

“Perubahan iklim pada dasarnya meningkatkan siklus air,” lanjutnya.

Baca juga:
BRIN: Riset sesar aktif perlu ditingkatkan untuk mitigasi gempa

Ia menganalogikan perubahan iklim seperti sepeda motor. Saat mesin dikarburasi, roda berputar lebih cepat.

Sekarang mesin dibandingkan dengannya seperti matahari. Jika panas dari gas rumah kaca meningkat, siklus air berputar lebih cepat.

“Karena lebih cepat berarti lebih banyak penguapan, lebih deras, hujan lebih deras, lebih basah dan kering secara bersamaan,” tambahnya.

Baca juga:
BRIN: Topan serupa Seroja dapat mempengaruhi cuaca di NTT hingga Jawa

Faktor lain yang Didi jelaskan adalah peningkatan jumlah penduduk. Semakin banyak orang, semakin banyak orang akan mengubah penggunaan lahan di daerah perkotaan, yang menyebabkan degradasi lingkungan.

“Itu membaik karena bencana dan kondisi ekstrem ini,” tegasnya.

Untuk menghadapi kondisi cuaca ekstrem, Didi menyarankan agar masyarakat mengurangi konsentrasi gas rumah kaca yang masuk ke atmosfer. Salah satu hal yang bisa dilakukan adalah menanam pohon sebanyak-banyaknya.

Kemungkinan lain adalah dengan mereduksi energi fosil menjadi energi terbarukan seperti sinar matahari, ombak, angin atau bendungan pembangkit listrik tenaga air. Selain itu, Indonesia juga memiliki banyak gunung yang dianggap sebagai sumber energi yang luar biasa.

“Ini bisa menggantikan energi dari fosil tersebut, juga elektrifikasi, mobil listrik dan lain-lain. Ini juga cukup efektif (mengurangi kondisi cuaca ekstrim),” jelasnya.

peringatan cuaca ekstrim BMKG

Senada dengan BRIN, BMKG juga telah mewanti-wanti kondisi cuaca ekstrem yang diperkirakan terjadi menjelang akhir tahun.

BMKG juga telah memprediksi terjadinya cuaca ekstrim di Indonesia pada 2 Januari 2023, menyebutkan pertumbuhan awan hujan di Indonesia masih berpotensi menjadi ekstrim.

Baca Juga :

https://www.kuismedia.id
https://sajadahbusa.com